NAMA : ARIEN KURNIAWAN. H
NPM : 21210064
KELAS : 3 EB 20
|
Sejatinya sebuah pendidikan, bukan sekedar formalitas yang
berisi proses belajar mengajar, tetapi juga transfer ilmu pengetahuan aktual
yang dibutuhkan oleh siswa di masa mendatang. Mendapatkan kesempatan mengenyam pendidikan hingga bangku
perguruan tinggi adalah sebuah karunia luar biasa yang patut disyukuri. Tidak
sedikit saudara kita yang jangankan untuk bersekolah, pun membiayai kebutuhan
hidupnya sehari-hari masih kesulitan. Padahal, pendidikan adalah salah satu
pilar yang menyokong nahkoda suatu bangsa di masa mendatang. Lalu, bagaimana
mungkin negara ini maju jika pendidikan tidak terjangkau oleh semua elemen
masyarakat? Pendidikan, bagaimanapun bentuknya adalah hak setiap warga.
Pendidikan tidak dimiliki oleh sekelompok golongan,
sekelompok masyarakat berkecukupan, atau mereka yang memiliki kekuasaan.
Sehingga naif sekali ketika banyak pihak menggembar-gemborkan pendidikan
karakter tetapi tidak didukung oleh pemerataan fasilitas dan kualitas yang
sama. Perlu diketahui bersama, hingga saat ini lebih dari sejuta pengangguran
terdidik masih menunggu untuk sekedar memperoleh pekerjaan.
Padahal banyak dari mereka telah dididik di berbagai
institusi pendidikan yang namanya ‘besar’. Lalu, apa yang salah? Padahal
banyak pihak yang memiliki asumsi bahwa semakin bagus kualitas perguruan
tinggi, maka akan semakin bagus pula taraf hidup yang bagus pula. Secara
pribadi, saya menganggap salah anggapan tersebut. Sekalipun kualitas institusi
pendidikan berpengaruh terhadap motivasi untuk belajar.
Saya menyadari sejak awal bahwa yang dibutuhkan negara ini
di masa mendatang bukan sebatas karyawan (employee). Tapi lebih dari itu,
negara ini membutuhkan lebih banyak inovator, wirausahawan kreatif
(entrepreneur) dari kalangan muda terdidik. Setidaknya, dibutuhkan
entrepreneur muda sebanyak 2 persen dari total jumlah penduduk agar negara
ini mampu menyediakan lapangan pekerjaan. Sedangkan saat ini, ketika tulisan
ini ditulis jumlah entrepreneur di Negara kita belum mencapai angka 1 persen.
Angka yang sebenarnya kecil untuk diraih, tetapi sulit
karena mindset kebanyakan generasi muda yang lebih memilih mencari aman,
ketimbang menciptakan sendiri lapangan pekerjaan. Tanah air kita, bisa
dikatakan adalah surga bagi industri. Populasi 240 juta jiwa tentulah sebuah
pasar yang begitu menggiurkan. Begitu menjanjikan nilai materi bagi mereka
yang berkecimpung di dalamnya. Belum lagi tidak adanya regulasi ketat seperti
negara lain, yang mengakibatkan banyak industri asing berbondong-bondong
mendirikan usahanya di Indonesia.
Lalu, ke mana nasib kita sebagai penduduk pribumi? Ya,
kita hanya ditempatkan sebagai pegawai, tak lebih. Di negara ini, riskan jika
mengharapkan pemerintah menyediakan lapangan pekerjaan. Apalagi 240 juta
penduduk bukan angka yang kecil dan kebanyakan dari kita, mahasiswa, termasuk
dalam angka 240 juta tersebut yang setiap tahunnya lebih memilih antre
berjam-jam ketimbang menjadi pemilik atau pengusaha yang menyediakan lapangan
pekerjaan bagi orang lain.
Maka, tidak mengeherankan jika beberapa tahun mendatang
banyak sarjana yang pekerjaannya bahkan tidak lebih dari yang tidak sekolah!
Gambaran di atas akan benar-benar terjadi. Pasti terjadi jika hingga detik
ini Pendidikan hanya sebatas normatif, tidak disesuaikan dengan perkembangan
zaman yang begitu kompleks permasalahannya. Menanamkan keahlian selain di
bidang pendidikan sangat diperlukan jika ingin pendidikan tidak hanya
melahirkan pegawai-pegawai terdidik, tetapi juga wirausahawan muda kreatif.
Dalam konteks pendidikan, kita mengenal adanya materi
kewirausahaan. Sebuah materi yang sejatinya memberikan gambaran tentang
mindset menjadi wirausaha, bukan malah menjelaskan apa itu wirausaha. Dan
salah satu kesalahan paling mendasar ketika kebanyakan tenaga pendidik
menyampaikan materi adalah mereka mengajar berdasarkan tekstual, bukan
mendidik sesuai kontekstual dari materi tersebut.
Terakhir, momen Hari Pendidikan Nasional ini harus bisa
dijadikan ujung tombak dimulainya kembali penanaman nilai-nilai wirausaha ke
dalam ranah Pendidikan. Negara ini benar-benar membutuhkan wirausahawan yang
lebih banyak ketimbang pegawai. Maka, mari bersama-sama memulai impian besar
tersebut. Selamatkan masa depan bangsa ini dari gempuran industri asing,
dengan menanamkan kembali semangat berwirausaha sejak dini. Langkah pertama
yang benar akan memulai langkah besar lain di kemudian hari. Selamatkan
Indonesia! Kalil Lahir di Blora Mahasiswa S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi
Universitas Muhammadiyah Semarang Aktif di UKM Kewirausahaan
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar