Selasa, 16 Oktober 2012

Pendidikan yang berbasis Wirausaha

NAMA  : ARIEN KURNIAWAN. H
NPM     : 21210064
KELAS : 3 EB 20






Sejatinya sebuah pendidikan, bukan sekedar formalitas yang berisi proses belajar mengajar, tetapi juga transfer ilmu pengetahuan aktual yang dibutuhkan oleh siswa di masa mendatang. Mendapatkan kesempatan mengenyam pendidikan hingga bangku perguruan tinggi adalah sebuah karunia luar biasa yang patut disyukuri. Tidak sedikit saudara kita yang jangankan untuk bersekolah, pun membiayai kebutuhan hidupnya sehari-hari masih kesulitan. Padahal, pendidikan adalah salah satu pilar yang menyokong nahkoda suatu bangsa di masa mendatang. Lalu, bagaimana mungkin negara ini maju jika pendidikan tidak terjangkau oleh semua elemen masyarakat? Pendidikan, bagaimanapun bentuknya adalah hak setiap warga.

Pendidikan tidak dimiliki oleh sekelompok golongan, sekelompok masyarakat berkecukupan, atau mereka yang memiliki kekuasaan. Sehingga naif sekali ketika banyak pihak menggembar-gemborkan pendidikan karakter tetapi tidak didukung oleh pemerataan fasilitas dan kualitas yang sama. Perlu diketahui bersama, hingga saat ini lebih dari sejuta pengangguran terdidik masih menunggu untuk sekedar memperoleh pekerjaan.

Padahal banyak dari mereka telah dididik di berbagai institusi pendidikan yang namanya ‘besar’. Lalu, apa yang salah? Padahal banyak pihak yang memiliki asumsi bahwa semakin bagus kualitas perguruan tinggi, maka akan semakin bagus pula taraf hidup yang bagus pula. Secara pribadi, saya menganggap salah anggapan tersebut. Sekalipun kualitas institusi pendidikan berpengaruh terhadap motivasi untuk belajar.

Saya menyadari sejak awal bahwa yang dibutuhkan negara ini di masa mendatang bukan sebatas karyawan (employee). Tapi lebih dari itu, negara ini membutuhkan lebih banyak inovator, wirausahawan kreatif (entrepreneur) dari kalangan muda terdidik. Setidaknya, dibutuhkan entrepreneur muda sebanyak 2 persen dari total jumlah penduduk agar negara ini mampu menyediakan lapangan pekerjaan. Sedangkan saat ini, ketika tulisan ini ditulis jumlah entrepreneur di Negara kita belum mencapai angka 1 persen.

Angka yang sebenarnya kecil untuk diraih, tetapi sulit karena mindset kebanyakan generasi muda yang lebih memilih mencari aman, ketimbang menciptakan sendiri lapangan pekerjaan. Tanah air kita, bisa dikatakan adalah surga bagi industri. Populasi 240 juta jiwa tentulah sebuah pasar yang begitu menggiurkan. Begitu menjanjikan nilai materi bagi mereka yang berkecimpung di dalamnya. Belum lagi tidak adanya regulasi ketat seperti negara lain, yang mengakibatkan banyak industri asing berbondong-bondong mendirikan usahanya di Indonesia.

Lalu, ke mana nasib kita sebagai penduduk pribumi? Ya, kita hanya ditempatkan sebagai pegawai, tak lebih. Di negara ini, riskan jika mengharapkan pemerintah menyediakan lapangan pekerjaan. Apalagi 240 juta penduduk bukan angka yang kecil dan kebanyakan dari kita, mahasiswa, termasuk dalam angka 240 juta tersebut yang setiap tahunnya lebih memilih antre berjam-jam ketimbang menjadi pemilik atau pengusaha yang menyediakan lapangan pekerjaan bagi orang lain.

Maka, tidak mengeherankan jika beberapa tahun mendatang banyak sarjana yang pekerjaannya bahkan tidak lebih dari yang tidak sekolah! Gambaran di atas akan benar-benar terjadi. Pasti terjadi jika hingga detik ini Pendidikan hanya sebatas normatif, tidak disesuaikan dengan perkembangan zaman yang begitu kompleks permasalahannya. Menanamkan keahlian selain di bidang pendidikan sangat diperlukan jika ingin pendidikan tidak hanya melahirkan pegawai-pegawai terdidik, tetapi juga wirausahawan muda kreatif.

Dalam konteks pendidikan, kita mengenal adanya materi kewirausahaan. Sebuah materi yang sejatinya memberikan gambaran tentang mindset menjadi wirausaha, bukan malah menjelaskan apa itu wirausaha. Dan salah satu kesalahan paling mendasar ketika kebanyakan tenaga pendidik menyampaikan materi adalah mereka mengajar berdasarkan tekstual, bukan mendidik sesuai kontekstual dari materi tersebut.

Terakhir, momen Hari Pendidikan Nasional ini harus bisa dijadikan ujung tombak dimulainya kembali penanaman nilai-nilai wirausaha ke dalam ranah Pendidikan. Negara ini benar-benar membutuhkan wirausahawan yang lebih banyak ketimbang pegawai. Maka, mari bersama-sama memulai impian besar tersebut. Selamatkan masa depan bangsa ini dari gempuran industri asing, dengan menanamkan kembali semangat berwirausaha sejak dini. Langkah pertama yang benar akan memulai langkah besar lain di kemudian hari. Selamatkan Indonesia! Kalil Lahir di Blora Mahasiswa S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Semarang Aktif di UKM Kewirausahaan


Tidak ada komentar:

Posting Komentar